Foto seseorang yang disertakan pada gambar di samping merupakan pakar Sejarawan asal Somalia yang bernama Dr. Hassan Sheikh Hussein Osman, yang berhasil memasuki kawasan yang masuk dalam “restricted area” (daerah terlarang) untuk dikunjungi. Tepatnya berada di sebuah desa bernama “Abwa”, terletak 230 km di sebelah Utara kota Makkah. Beliau mengunjungi kawasan terlarang tersebut pada 27 Agustus 2015.
Tahukah anda tentang kawasan terlarang itu?
Itu adalah kawasan sebuah area dimana Sayyidah Aminah, Ibunda Sayyidina Muhammad Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam dimakamkan. Adapun makam Sayyidah Aminah berada pada bagian area yang berwarna gelap, posisinya di belakang Dr. Hasan (lihat Foto, yang diambil pada 27 Agustus 2015). Tanahnya lebih gelap akibat sisa-sisa tumpahan miyak yang membekas di area makam tersebut.
Di dalam peta, Anda dapat melihat dan mengetahui pasti posisi letak makam Ibunda Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam melalui koordinat GPS: 23°06′33″N 39°05′40″E.
Foto tersebut di atas merupakan kondisi terkini makam dari seorang Ibu yang telah melahirkan sosok manusia terbaik di alam semesta ini, makam Ibunda Rasulullah, yang kini tidak terawat, terbengkalai, dan bahkan dijadikan sebagai area terlarang untuk dikunjungi. Sebagaimana terlihat dalam foto, makam Ibunda Nabi Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam sekarang nyaris tidak dapat dikenali, sebab pada tahun 1998, entah karena alasan apa, situs tersebut dihancurkan dan diratakan dengan menggunakan Bulldozer oleh Wahabi. Sebelum diratakan, makam Sayyidah Aminah diberi tumpahan minyak terlebih dahulu dengan tujuan untuk menghinakan Sayyidah Aminah dan juga agar tempat itu dijauhi orang-orang sehingga tidak lagi dikunjungi. Innalillahi wa inna ilaihi raji’un. Kini sisa-sisa tumpahan minyak itu masih membekas di area makam seperti yang terlihat pada foto kunjungan Dr. Hassan Sheikh Hussein Osman.
Dan berikut kami sertakan sekelumit kisah sebagaimana diceritakan oleh Dr. Hassan Sheikh Hussein Osman saat berziarah ke makam Sayyidah Aminah:
“Aku melakukan pendakian terakhir dari gunung ini (kawasan Abwa) dimana makam Sayyidah Aminah berada pada tanggal 12 Dzulqo’dah 1436 H (atau 27 Agustus 2015). Kami membersihkan sisa-sisa tumpahan minyak mesin yang terdapat pada makam dengan menggunakan semprotan air sebanyak 10 liter air. (Catatan: Jadi, area makam Sayyidah Aminah adalah pada bagian yang berwarna gelap, posisinya di belakang Dr. Hasan –red). Kemudian kami menanam sebatang pohon (yang tahan dan tidak memerlukan air dalam jangka waktu sebulan). Aku menanam pohon tersebut pada bagian kiblat dari makam. Kami menyemprotkan 1 botol minyak wangi Attar (Kasturi) di atas makam. Setelah itu, kami memperkenalkan diri kepada sayyidah Aminah, memberi salam kepadanya, dan berterima kasih kepadanya karena telah melahirkan junjungan yang mulia Nabi Muhammad Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam. Kemudian kami membaca surat Yasiin, membaca surat al-Ikhlash 11 kali, Alhamdulillah, dan berdoa. Setelah itu kami pergi.
Saat hendak pergi, seorang Polisi berpangkat sersan beserta seorang warga sipil mendaki gunung dan mencari-cari keberadaan kami, lalu mereka menegur dan meminta informasi pribadi termasuk juga paspor kami. Dengan wajah marah, Sersan yang pembohong itu mengatakan pada kami bahwa itu adalah makam seorang Pakistan. (Catatan: Berdasarkan literatur “backpack” saya, memang biasanya yang ‘bandel’ dan sering mengunjungi makam tersebut adalah orang Pakistan, jadi sepertinya Polisi tersebut sedang berusaha mengkamuflasekan makam Sayyidah Aminah sebagai makam orang Pakistan –red). Warga sipil yang ikut dengan polisi tersebut juga banyak berbicara tentang “syirik” dan bertanya apa yang telah kami tinggalkan (lakukan) di makam tersebut, apalagi setelah mengetahui bahwa aku memiliki Attar. Tidak ada tanda-tanda umum pelarangan mengunjungi tempat ini, bagaimana seseorang akan tahu kalau tempat ini dilarang? Cukuplah pengalamanku dengan dua orang ini”.
Sayyidil Habib Umar bin Hafidz dari Hadhramaut Yaman ketika menceritakan detik-detik wafatnya Ibunda Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam menjadi sangat begitu sedih sampai tidak mampu membendung air matanya dan menangis tersedu-sedu. Beliau berkata, “Jika Aminah tidak selamat, maka tak ada seorang pun di hari pembalasan yang akan selamat! Tidak ada seorang pun di hari pembangkitan akan selamat!”.
Semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala menyelamatkan dan menjaga aqidah kita, keluarga dan keturunan kita, untuk tetap berpegang teguh pada aqidah ahlussunnah wal jamaah. Dan silahkan simak kisah haru detik-detik terakhir wafatnya Ibunda Rasulullah Shollallohu ‘Alaihi wa Alihi wa Shohbihi wa Sallam bersama Habib Umar bin Hafidz
0 ulasan:
Catat Ulasan